Mengerikan 7 Tanjakan Maut di Indonesia

Mengerikan 7 Tanjakan Maut di Indonesia

Mengerikan 7 Tanjakan Maut di Indonesia

 

Mengerikan 7 Tanjakan Maut di Indonesia
Travel – Dream.co.id

Tanjakan Maut di Indonesia – Kecelakaan fatal di Tanjakan Emen di Subang sempat memprihatinkan karena memakan banyak korban. Selama ini, karena medan jalan yang terjal dan berkelok-kelok, pendakian Emen dijuluki “Jalan Kematian”. Serangkaian kecelakaan di jalan raya puncak dalam sebulan terakhir ini mengejutkan pemahaman kita tentang mahalnya harga nyawa manusia di jalan raya di Indonesia. Selain kondisi medan yang sulit dan rentan terhadap kondisi alam, terdapat juga faktor kelalaian manusia (human error) dan kelayakan kendaraan yang berperan penting dalam menimbulkan banyak kecelakaan.

Meski pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi risiko kecelakaan, kata berbahaya di sini berarti perlu kewaspadaan yang cukup. Jalan ini dilengkapi dengan rambu dan peredam kejut. Oleh karena itu saat mendekati tikungan tajam, kendaraan akan memperlambat laju kendaraan, atau terdapat tanda-tanda tikungan tajam dan tanjakan terjal. Bagaikan “neraka” di jalan, ungkapan ini bisa menggambarkan betapa menakutkan dan berbahayanya jalan di sekitar kita. Berikut tujuh tanjakan fatal dengan rekor kecelakaan tertinggi di Indonesia.

1. Tanjakan Bangangah, Banten

Tanjakan Bangangah, Banten
IDN Times Banten

IDN Times Pandeglang – Tanjakan Bangangah yang terdapat di Dusun Kadu Hileud, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang, telah tidak asing lagi untuk masyarakat Banten serta kerap didatangi turis ke pantai Caritas . Jalur terjal seperti itu sering menimbulkan korban jiwa dan terkenal.Padahal, penyebab kecelakaan itu karena nilai kendaraan dan human error. Namun, banyak yang percaya bahwa kecelakaan itu terkait dengan makhluk astronomis tertinggi bernama Kabupaten Pandeglang di lereng tersebut.

Seperti kita ketahui bersama, Bangangah merupakan salah satu kecelakaan panjat tebing yang paling fatal di pulau Jawa. Kondisi jalan yang sangat terjal dan sulit membuat banyak kendaraan yang tidak dapat melewati jalur ini dan terpaksa berbalik arah. Tidak jarang kendaraan menanjak hingga mengosongkan penumpang dan didorong. Menurut Dinas Perhubungan (Satlantas) Kepolisian Resor Pandeglang, jalur Bangangah merupakan jalur paling rawan kecelakaan di Kabupaten Pandeglang yang kerap menimbulkan korban jiwa.

Dikonfirmasi, Jumat (11/6/2020), Riska Tri Arditia, Kepala Satuan Polisi Lalu Lintas Polres Pandegalng, mengatakan termasuk (rawan) bersaudara karena kemiringan dan kemiringannya yang tinggi. Ada cerita misterius dibalik jalan ini. Penduduk setempat percaya bahwa ada batu berbentuk lidah atau batu Engel. Sahroni (49), salah seorang warga sekitar, mengatakan menurut kepercayaan warga yang tinggal di sekitar Gunung Bangangah, batu sering kali harus dikorbankan setiap tahun. Kecelakaan sering terjadi di lereng setiap menjelang Munggahan atau menjelang atau setelah Lebaran.

Namun, belum banyak orang yang mengetahui misteri batu Engel yang ada di tengah lereng maut ini. Dia berkata: “Orang tua saya pernah bercerita bahwa Shingel sering berkorban, jadi kecelakaan sering terjadi. Tetapi hanya sedikit orang dalam sejarah (Shingel) yang tahu bahwa ini adalah cerita yang diturunkan di sini dari generasi ke generasi.”

Pada hari Jumat tanggal 7 Februari 2014 terjadi tragedi kecelakaan di sepanjang jalur tersebut. Saat itu, truk yang membawa lebih dari 62 siswa, orang tua, dan guru SMK Negeri 1 Pandeglang yang akan mengikuti perkemahan Pramuka terguling. Kecelakaan fatal itu menewaskan enam penumpang. Empat dari mereka adalah pelajar dan dua orang pekerja truk. Pada saat yang sama, korban lainnya selamat namun harus mendapat perawatan berat di RSUD Pandeglang dan RSDP Serang karena sakit kritis.

2. Tanjakan Emen, Subang

Tanjakan Emen, Subang
detikNews

thethinkingblog – Saat mendengar nama Tanjakan Emen, selalu ada misteri. Terletak di Jalan Raya Subang, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Setiap wisatawan yang ingin berlibur di kawasan tersebut pasti akan melewati jalan misterius ini. Biasanya banyak misteri di tempat ini. Dari awal hingga akhir, selalu terjadi banyak kecelakaan lalu lintas yang memakan korban jiwa. Rute ini seringkali rawan kecelakaan yang melibatkan kendaraan bermotor, bus dan truk yang memuat kargo. Ada mitos bahwa Gerbang Thanjakanyi adalah tempat yang penuh dengan makhluk astral. Menurut cerita yang beredar, terkadang “mereka” mengolok-olok kendaraan yang lewat di lereng.

Dari dulu hingga sekarang, banyak orang yang penasaran dengan sumber Tanjakan Emen. YouTuber memiliki beberapa tempat menakutkan. Dua di antaranya yang paling populer adalah kisah jurnalisme dan kampung halaman Jawa. Misteri yang diungkap oleh Hari Kurniawan Hao atau akrabnya Om Hao, pemilik cerita “Tanah Orang Jawa”, “Pengamat” di lereng berkata, setelah ini Ketika berada di suatu tempat, Anda harus berhati-hati, penuh perhatian, berdoa lebih banyak dan ingatlah bahwa Tuhan adalah pengharapan, agar kamu tidak terluka.

Selain itu, kecelakaan nonteknis biasanya terjadi karena “mereka” tidak terlihat di kawasan lereng misterius ini, dengan kata lain para korban ini diperlakukan sebagai korban karena masih banyak orang lain yang meninggalkan Jenny dan mencapai kesepakatan dengan mereka. setan. Om Hao menjelaskan, jika ada “garis merah” di dekat Emen Ramp, itu tidak terlihat oleh mata telanjang biasa. Nah, konon jika melewatinya maka akan terjadi kecelakaan lalu lintas atau hal-hal aneh lainnya. Dari situ, kemiringan ini akan menambah korban jiwa.

Konon jika melintasi jalan penghubung antara Subang-Bandung dan ingin aman, harus membuang rokok, uang, membunyikan klakson mobil, bahkan menyebut nama Emen. Jika tidak, hal-hal akan terjadi di luar kendali pengguna jalan. Selain kisah Tanah Jawa, tim berita juga mendaki gunung untuk mengungkap kisah nama Emen, bahkan ada yang dituding menjadi penyebab kecelakaan tol Kabupaten Subang.

Tim Jurnalrisa pun penasaran kenapa Mang Emen selalu dikaitkan dengan hal-hal supranatural. Oleh karena itu, nama Emen menjadi legenda dan ditakuti oleh sebagian orang yang percaya pada cerita misterius.Setelah dilacak, keluarga Emen masih bersamanya. Salah satu anaknya, kini tinggal di kawasan Bandung Barat, marah karena dituduh ayahnya selama ini. Setelah membagikan beberapa video klip tentang Tanjakan Emen, sebagian orang masih meyakini kawasan tersebut memang merupakan pintu gerbang dua dimensi ke medan lain.

Namun, jika Anda pernah menjalani jalur ini, tentu saja Anda dapat menjelaskannya secara logis. Tanjakan Emen sangat curam, dan jika Anda salah posisi saat kendaraan melaju, akan menyebabkan beberapa kesalahan. Mobil atau sepeda motor yang Anda kendarai dapat tiba-tiba mundur. Arul, warga Garut, menjelaskan tanjakan Emen memang sangat terjal dan harus berhati-hati saat berkendara. Adapun okultisme, kembali ke keyakinan mereka.Beberapa kali Arul pergi ke Subang dan mengalami tanjakan, dia tidak pernah mengalami hal-hal misterius. Seperti kebanyakan cerita orang lain selama ini.

Baca Juga : 7 Negara dengan Angka Bunuh Diri Tertinggi di Dunia

3. Tanjakan Silaiang Kariang, Sumatra Barat

Tanjakan Silaiang Kariang, Sumatra Barat
Boombastis.com

Tanjakan ini terletak di Padang Panjang, Provinsi Sumatera Barat. Pemandangan indah terhadap air terjun berbanding terbalik dengan banyaknya peristiwa yang pernah terjadi di sana. Jalan yang menanjak, berkelok dan relatif sempit menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan. Belum lagi lahan yang kerap longsor menambah kesan sangar. Banyak truk pengangkut barang yang akhirnya terguling dan masuk jurang. Karenanya, lereng ini disebut sebagai “rumah berhantu” karena kerap merenggut nyawa pengendaranya.

Selain cantik, kecenderungan ini juga menakutkan. Seperti yang kita ketahui bersama, lerengnya curam, dengan kemiringan sekitar 45-50 derajat. Selain itu, kemiringannya panjang.Tak hanya itu, kemiringannya yang seperti jalan berkelok-kelok, dan kerap ditutup akibat longsor, membuat lereng ini kerap menelan korban jiwa. Dalam banyak kasus, truk kargo diparkir di jurang.

4. Tanjakan Batu Piring, Kalimantan

Tanjakan Batu Piring, Kalimantan
Boombastis.com

Jika disebut masalah kecelakaan di Tanjakan, maka nama Emen boleh jadi yang tertinggi lho, apalagi masyarakat yang tinggal di kawasan Kabupaten Subang. Berbagai bentuk juga muncul mengapa kecenderungan ini menyebabkan kerugian hampir setiap tahun.Selain Emen, ada banyak panjat tebing yang tidak kalah bahayanya, salah satunya Batu Piring di Kalimantan Selatan. Seperti Emen, kemiringan ini cenderung membunuh pengendara yang melewatinya.

Tanjakan tersebut biasa disebut Batu Piring dan terletak di Jl. Yani Paringin Selatan, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. Korban seringkali dibawa dalam bentuk truk pengangkut barang. Menurut warga sekitar, ada 10 kecelakaan lalu lintas pada 2018 saja. Karenanya, warga kerap mengaitkan kecelakaan dengan hal-hal misterius. Berbagai hipotesis tentang tempat ini yang dihuni makhluk gaib gaib bermunculan. Sama persis dengan predikat yang ditetapkan di Tanjakan Emen.

Namun selain itu, Batu Piring belum dilengkapi rambu lalu lintas yang memadai dan masih minim faktor penerangan. Tentunya hal ini akan menimbulkan banyak kecelakaan. Apalagi di malam hari, tidak ada rambu lalu lintas dan penerangan yang buruk akan membuat mereka yang harus ekstra hati-hati. Menurut polisi lalu lintas AKP R Sudarto Mabes Polri Balangan, selain faktor misterius dan infrastruktur yang tidak memadai, tingkat kecuraman juga menjadi persoalan lain. Black Wind Piring memiliki struktur kemiringan yang cukup tinggi, dengan kemiringan 25 hingga 30 derajat. Dengan cara ini, truk yang biasanya mengangkut muatan berat akan sangat berbahaya saat melintasi tanjakan.

Sebab, intinya keselamatan masih ada di tangan pengendara. Jika Anda berada di medan mengerikan yang disebutkan di atas, harap kurangi beban, kurangi kecepatan, dan pastikan lampunya menyala. Terlepas dari ada atau tidaknya hal-hal yang misterius, saya berharap seluruh infrastruktur Tanjakan Batu Piring dapat diselesaikan secepatnya.

Baca Juga : 7 Wabah Penyakit Mengerikan yang Pernah Terjadi di Dunia

5. Tanjakan Tarahan, Lampung Selatan

Tanjakan Tarahan, Lampung Selatan
Republika

Siapa yang terkejut melihat lautan luas dan pulau kecil di tengahnya. Apalagi saat sore hari tiba, semakin menakjubkan melihat kapal besar bersandar di bibir pantai, dihiasi sinar matahari keemasan. Pemandangan ini bisa dinikmati di Jalan Lintas Sumatra. Kebetulan di Desa Tarahan, Kecamatan Katipong, Kabupaten Lampung, Provinsi Lampung Selatan. Orang Lampung cenderung menyebut mereka orang Tara Khan.

Di balik pemandangan yang mempesona, lereng Tarahan memakan banyak korban jiwa akibat kecelakaan lalu lintas (lakalantas). Merujuk pada data yang terkumpul, di penghujung tahun 2019, sebuah keluarga tertabrak truk saat berfoto di pinggir lereng Tarahan. Padahal, sejak Januari 2020 hingga November 2020 terjadi tiga kecelakaan yang mengakibatkan 6 orang meninggal dunia.

Rinciannya, empat orang tewas tertabrak truk yang remnya mati, sehingga menabrak truk di depannya, dan menabrak dua kendaraan roda dua di depan dua truk (20/1/2020). Kecelakaan kembali terjadi (14 Februari 2020), truk pengangkut tepung terigu terguling. Sayangnya tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut.

Sementara pada Agustus 2020, kecelakaan di lereng Gunung Talahan merenggut nyawa dua orang. Kecelakaan itu bermula saat sebuah dump truck yang dikemudikan dari Bakauheni tidak mampu mengendalikan kecepatan kendaraan. Jadi dia berpapasan dengan seorang pengendara sepeda motor yang sedang mengemudi di depannya. Dua pengendara sepeda motor tewas di tempat kejadian.Masyarakat Desa Tarahan sangat percaya dengan misteri yang bisa menyebabkan kecelakaan. Pasalnya, di bawah lereng Tarahan terdapat dua buah makam terkenal. Alhasil, makam tersebut dikaitkan sebagai “penjaga”, yang mengarah ke peristiwa misterius di Talahan.

Namun, menurut Muhamad Ariefin, salah satu pencipta konten YouTube di Lampung, ia membuat konten misterius yang menurutnya gangguan misterius yang terjadi di lereng Gunung Talahan itu bukan berasal dari kuburan. Karena dia sendiri melihat bahwa makam itu adalah makam orang tua pada saat penyebaran Islam. “Itu adalah makam Banten dan Kalianda, bukan rumah hantu,” kata dukun supranatural yang dikenal sebagai Konarif.Deka Agustina Ramlan, warga Desa Tarahan, mengatakan Lereng Tarahan terkenal dengan misterinya. Bahkan, para orang tua di sana sudah mengingatkan bahwa kendaraan harus membunyikan klaksonnya saat menyeberang jalan saat senja atau malam hari untuk menunjukkan “permisi”.

Sekitar lima hari yang lalu, tim Dunia Alus mengunjungi lereng Tarahan untuk mencari tahu siapa saja yang kerap mengganggu pengendara yang melintasi lereng mematikan tersebut. Menurut Kang Arief, ada banyak hantu di sekitar lereng Tarahan.Mulailah dengan wanita yang mirip dengan sinden, kuntilanak dan sexuwuo. Menurutnya, banyak pengemudi yang melintas melihat sosok perempuan miring itu.Kang Arief pun mendapat informasi yang tidak diketahui siapa pun. Meski penduduk setempat tidak mengenal nama Tarahan, ternyata itu adalah Darahan. Informasi tersebut didapat dari semangat berkomunikasi dengan Kang Arief. Namun ia mengimbau agar masyarakat tidak mudah percaya dengan perkataan makhluk gaib tersebut. Menurutnya, para mistikus sangat suka menipu dan berbohong, sehingga belum bisa dipastikan apakah nama Tarahan itu aslinya Darahan.

6. Tanjakan Krumput, Banyumas

Tanjakan Krumput, Banyumas
YouTube

Jika kita ke Yogyakarta lewat jalur Kebumen dari Purwokerto pasti kita akan melewati Jalan Krumput di kecamatan Banyumas Kemranjen.Mereka mungkin akan terkejut dengan pengemudi yang baru pertama kali melewati jalan ini. Bukan karena keindahan pemandangan alamnya, tapi karena banyak yang mengemis duduk di pinggir jalan. Secara garis besar, kondisi jalan di kawasan tersebut memang menanjak dan berbelok sehingga rawan terjadi kecelakaan.Kemudian berkembang mitos di masyarakat untuk mempersembahkan koin atau upeti kepada pramugari di jalan. Jika Anda tidak melempar koin, saya yakin pengemudi yang ceroboh akan mengalami kecelakaan di daerah tersebut.

Menurut cerita warga sekitar, kebiasaan membiarkan pengendara mobil melempar koin di sepanjang Jalan Krumput sudah berlangsung puluhan tahun. Inilah mitos yang berkembang sejak beberapa waktu dan menjadi kebiasaan para pengendara mobil. Menurut cerita perkembangan masyarakat, pada masa penjajahan Belanda, di lokasi ini terjadi kecelakaan ketika sebuah truk pengangkut tentara Belanda terbalik. Akibatnya, seluruh penumpang dan sopirnya tewas di lokasi kejadian. Akhirnya, orang percaya pada mitos bahwa jika ingin menyeberang ke tempat ini, mereka harus mengeluarkan uang untuk menunjukkan rasa hormat terhadap keselamatan pengemudi yang lewat.

Menurut Sugito, warga sekitar menjelaskan bahwa dulu pemerintah melarang pengambilan koin, namun sejak pelarangan tersebut sering terjadi kecelakaan. Salah satunya adalah kecelakaan bus yang memasuki tebing yang mengakibatkan banyak korban jiwa.Pengemis di pesisir Jalan Kruput itu menghabiskan waktu 24 jam di lokasi, bergiliran mengumpulkan koin. Dari pagi hingga malam, jam-jam penuh dengan wanita dan anak-anak. Sementara malam adalah waktu yang didominasi laki-laki.

Para pengemis di sepanjang Jalan Kruput menunggu di lokasi selama 24 jam untuk mengumpulkan koin. Dari pagi hingga malam, ada perempuan dan anak-anak dimana-mana. Sedangkan pada malam hari didominasi oleh laki-laki. Jalan Krumput adalah salah satu kolektor prangko di Jalan Krumput, yang mengaku sudah puluhan tahun di sana. Menurutnya, ia mengikuti kegiatan tersebut karena tidak melakukan kegiatan lain setiap hari.Soal mengemis terkait Jalan Krumput belum juga terselesaikan. Hal ini disebabkan kebiasaan masyarakat sekitar yang sudah lama meyakini adanya mitos dan legenda yang ada di daerah tersebut, ditambah dengan kurangnya keterampilan yang dimiliki, tentunya akan sulit untuk diserap oleh sektor industri.

7. Tanjakan Sitinjau Laut, Padang Sumatra Barat

Tanjakan Sitinjau Laut, Padang Sumatra Barat
Antara Sumbar – Antaranews.com

Jalan raya adalah jalan yang biasanya dilintasi banyak kendaraan. Pada zaman dahulu, jalan ini hanya berlumpur dan berbatu, seiring perkembangan zaman, jalan tersebut menjadi jalan beraspal.Jika melihat jalanan kota yang hanya dihiasi dengan jalan lurus dan datar, maka jalan yang melewati pegunungan akan berbeda. Di jalan menanjak atau menurun yang terjal atau bahkan jalan yang berkelok-kelok, jalannya akan lebih menantang.Seperti jalur Puncak di Bogor atau Tanjakan Panganten di Tasikmalaya. Di Sumatera Barat, terdapat jalan yang penuh tantangan dan tanjakan terjal.

Jalan ini biasa disebut Sitinjau Lauik. Sitinjau Lauik terletak di Jalan Lintas Sumatera dengan rutenya Padang-Arosuka-Kota Solok, rutenya sekitar 15 kilometer. Sitinjau Lauik merupakan salah satu jalur nasional yang menghubungkan Sumatera Barat dengan banyak provinsi lain di Indonesia. Alhasil, jalur tersebut selalu dipadati kendaraan setiap hari.Penasaran kenapa disebut Sitinjau Lauik? Pasalnya, pengemudi dapat dengan mudah melihat laut di sepanjang jalur barat Sitinjau Lauik. Selain itu, kamu juga bisa memandangi keindahan Kota Padang dari ketinggian.

Rute Sitinjau Lauik masih diselimuti hutan, dinaungi pepohonan, udara di sekitarnya semakin sejuk, dan pemandangannya sangat indah. Oleh karena itu, ketegangan bisa sedikit diredakan.Karena jalur Sitinjau Lauik terletak di antara pepohonan, bahkan terdapat sungai di pinggir jalan, walaupun kecil namun sangat deras, apalagi pada musim hujan masih banyak sekali longsor yang dapat terjadi terutama pada saat curah hujan cukup deras. Karenanya, mereka yang melewati jalur ini saat musim hujan harus sangat waspada.

Rute Sitinjau Lauik berbelok tajam dan disambut dengan tanjakan yang tinggi, rute yang paling ditakuti oleh pengendara yang melintas. Sitinjau Lauik dihiasi jurang sedalam puluhan meter. Inilah mengapa Sitinjau Lauik disebut sebagai jalur paling mematikan dan paling ekstrim di Sumatera Barat karena banyak terjadi kecelakaan. Sitinjau Lauik memiliki dua jalur, jika lewat truk atau kendaraan besar, maka kendaraan lain yang berlawanan arah harus mundur dan memberi ruang bagi truk atau kendaraan besar itu untuk melintas.Hal ini terjadi pada Panorama I dan Panorama II karena kelokan yang sangat curam. Namun, jika kendaraan Anda mogok, jangan terlalu khawatir, beberapa warga sekitar biasa dipanggil Pak Ogah untuk tetap waspada. Dan “Pak Ogah” selalu standby selama 24 jam.