6 Bencana Alam Terdahsyat Sepanjang Tahun 2014 di Indonesia

6 Bencana Alam Terdahsyat Sepanjang Tahun 2014 di Indonesia

thethinkingblog – Alam bisa menjadi sahabat, namun bukan kebetulan ia menjadi ancaman terbesar bagi umat manusia. Sepanjang 2014, alam berulang kali menunjukkan kekuatannya. Ribuan nyawa menjadi korban, sejak awal tahun kita telah menyaksikan berbagai bencana yang meninggalkan kesedihan dan air mata. Pada saat yang sama, menjelang akhir tahun, alam tampak semakin ganas. Cuaca ekstrim di puncak musim hujan telah menimbulkan bencana di sana-sini.Indonesia terletak di zona kebakaran dan merupakan daerah rawan gempa. Namun, ancaman gunung berapi juga sama mengerikannya, dan sewaktu-waktu dapat mengancam keselamatan penduduk. Ini karena terdapat ratusan gunung berapi di sekitar Indonesia.

Sepanjang 2014, letusan gunung berapi mendominasi bencana alam paling dahsyat di Indonesia. Dari Gunung Sinabung di Tanah Karo, Sumatera Utara, hingga Gunung Sangeang di Nusa Tenggara Barat Bima. Letusan gunung berapi tidak hanya menimbulkan kerusakan material, tetapi juga memakan banyak korban jiwa.Memasuki awal tahun 2014, Indonesia mulai menerima “sambutan” bencana dahsyat. Yakni, banjir atau banjir bandang yang melanda Manado, Sulawesi Utara. Pada tanggal 15 Januari 2014, sebanyak 19 orang tewas akibat banjir yang membanjiri rumah dan harta benda mereka. Berikut ini 6 Bencana Alam Terdahsyat Sepanjang Tahun 2014 di Indonesia yang kami rangkum dari berbagai sumber :

6 Bencana Alam Terdahsyat Sepanjang Tahun 2014 di Indonesia

1. Banjir Bandang Manado

Banjir Bandang Manado
Mongabay

Banjir bandang dan longsor yang terjadi di Sulawesi Utara (Sulut) pada Rabu (14/1/14) menyisakan kesedihan yang mendalam. Peristiwa tersebut mengakibatkan 18 orang meninggal dunia, sekitar 4.000 orang mengungsi, kerusakan sekitar 1.000 rumah, belum lagi infrastruktur lainnya, banjir bandang dan tanah longsor melanda Manado, Tomohon, Minahasa dan Mina Hasa Utara serta beberapa daerah dan kota lainnya. Cres, Kepala Bidang Tanggap Darulall Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), mengatakan korban tewas tersebar di banyak daerah. Di Manado ada enam, lima di Tomohon, enam di Shuiah, dan satu di Beishuiah. Pada Jumat (17/1/14) dia mengatakan di Manado ada dua korban yang belum ditemukan. Masih dalam pencarian.

Berdasarkan pantauan di lapangan, bencana tersebut melumpuhkan aktivitas Manado selama beberapa hari. Banjir tidak hanya menggenangi rumah warga, tetapi juga menggenangi sekolah di kantor Walikota Manado. Bahkan, banjir di sembilan ruas jalan tersebut membuat banyak mal tidak dapat beroperasi.Tak hanya itu, terjadi longsor di Desa Tinor yang memotong jalur Manado-Taoxianghong. Akibatnya, kemacetan parah terjadi di banyak tempat di Manado. Pengguna jalan raya harus mencari jalur alternatif ke dua kota ini, di wilayah pesisir banyak juga nelayan yang terkena imbas cuaca buruk. Misalnya di kawasan Malalayang, rumah tiga nelayan rusak parah akibat gelombang, dan sekitar 150 orang di kawasan itu mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Data BNPB menyebutkan 18 orang tewas, dua hilang, 101 rumah hanyut, dan ribuan warga mengungsi. “Terus mencari korban. Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, mengatakan dalam keterangan resmi:“ Banjir surut dan banyak orang mengosongkan rumah mereka. “Ia mengatakan dalam rapat koordinasi yang dipimpin oleh Wakil Gubernur Sulu, penanganan pengungsi harus diutamakan, koordinasi antar berbagai instansi, aktivasi dan struktur pos. Kepala Pelaksana BPBD Sulut ditunjuk sebagai Komandan Darurat dan Wakil Kepala Dinas Sosial Sulut.BNPB, Kementerian Sosial dan Kementerian Kesehatan memberikan bantuan logistik dan peralatan sebanyak 57,2 ton. Pagi hari Jumat (17/1/14), kargo tersebut menggunakan pesawat Hercules C-130 TNI AU. Bantuan yang diberikan berupa tenda keluarga 6,9 ton, MPASI 3,2 ton, dan obat-obatan 150 kg.Pada hari Sabtu (1.500 bungkus kesehatan rumah, 5.000 lauk pauk, 1.500 pakaian dan barang lainnya).

Baca Juga : 7 Geng Penjara Paling Berbahaya dan Ditakuti oleh Polisi Di Dunia

2. Sinabung dan Kelud Meletus

Sinabung dan Kelud Meletus
nasional

Pada tanggal 1 Februari 2014, Gunung Sinabung di Provinsi Sumatera Utara meletus. BNPB menyebutkan, 15 orang tewas setelah tertusuk awan panas yang mengepul dari kawah gunung. Selain itu, ada 2 korban luka bakar.Pengamat anak itu menambahkan, dampak psikologis ini berbeda dengan pengungsi gunung Sinabung di kabupaten Karo, Sumatera Utara.Anak-anak dan perempuan di sana merasakan dampak psikologis yang kuat dari bencana tersebut. Mengingat mereka sudah lama tinggal di pengungsian, penanganan dampak bencana terlalu lama.Di saat yang sama, Eka Viora, Direktur Departemen Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, menambahkan bahwa untuk mengurangi dampak psikologis bagi pengungsi, khususnya anak-anak, tempat penampungan harus disiapkan sebelum merebaknya wabah. Selain itu, sistem pelayanan kesehatan yang komprehensif harus disiapkan dengan mengerahkan seluruh SDM tenaga kesehatan dan kader.

Kejadian serupa juga terjadi di Gunung Kailud di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Gunung setinggi 5.679 kaki ini meletus dan memuntahkan material vulkanik pada malam Kamis, 13 Februari 2014. Menurut laporan, 18 orang hilang dan 2 warga tewas di rumah-rumah yang ambruk akibat letusan Gunung Kelud.Gunung Kelud di Jawa Timur meletus hampir seminggu. Penanganan bencana yang baik dapat mengurangi dampak psikologis pada korban (khususnya anak dan perempuan), pada umumnya di setiap daerah bencana, anak dan perempuan rentan terhadap trauma karena kerentanan psikologisnya. Psikolog Diennaryati Tjokrosupono menjelaskan, skala bencana dan kerusakan yang ditimbulkan akan sangat mempengaruhi psikologi para korban.“Bagi Kelud, dampaknya berbeda dengan bencana lainnya. Pemerintah daerah dan kelompok kerja bencana sangat siap memprediksi meletusnya Gunung Kelud. Ini bisa mengurangi dampak psikologis bagi pengungsi. Pengungsi Kelud mungkin hanya merasa bosan, kesal, dan lelah.,” kata Dien.

3. Gunung Sangeang Meletus

Gunung Sangeang Meletus
laporan bencana

Gunung Sangeangapi di Kabupaten Pima NTB meletus pada Jumat (30/5) pukul 15.55 waktu setempat. Letusannya mencapai 3.000 meter ke arah barat. Sebagian besar abu vulkanik jatuh ke laut. Sehubungan dengan erupsi tersebut, PVMBG telah ditingkatkan statusnya dari Vaspada (level 2) menjadi waspada (level 3) pada tanggal 30 Mei 2014 oleh WITA.Tidak ada pemukiman permanen di Pulau Sangeangapi. Warga Sanjiang yang berada di daratan memiliki taman di pulau tersebut, sehingga saat terjadi letusan warga di taman tersebut dievakuasi dari Pulau Sanjiang dengan menggunakan perahu dengan bantuan BPBD Bima, SAR, TNI dan Polri.

Saat ini, penduduk telah dievakuasi ke Jalan Sanjiang. Bupati Bima dan BPBD Bupati Bima sudah berada di Desa Sangeang di Kecamatan Wera Gunung Bima, berjarak 6 kilometer dari gunung tersebut. BPBD telah mengirimkan logistik dan peralatan ke daerah tersebut. Sejauh ini belum ada laporan adanya korban jiwa. Syamsul Maarif, Kepala BNPB, sudah memerintahkan tim tanggap cepat BNPB segera turun ke lokasi untuk memberikan bantuan kepada BPBD Bima.Pulau Sangeangapi merupakan sebuah pulau vulkanik yang penduduknya bermigrasi ke Kec Wera atau biasa disebut Tanah Sangeang melalui pendatang lokal sejak tahun 1985.

Imigrasi terjadi setelah wabah pada tahun 1953 dan 1985. Lahan terlantar ini kini telah dikembangkan menjadi ladang dan rumah sementara (salaya), biasanya ditempati pada musim tanam dari Agustus hingga November dan musim panen dari Maret hingga Mei. Sawah dan Sungai Salaya berada di wilayah rawan (KRB III).Sehubungan dengan meletusnya Gunung Sangeangapi, masyarakat diimbau untuk tidak beraktivitas di Pulau Sangeangapi. Gunung Sangeangapi merupakan salah satu gunung berapi yang sering meletus, antara lain tahun 1911, 1953, 1964-1967, 1985-1987 dan 1997-1999.

Baca Juga : 7 Preman Legendaris yang Paling Ditakuti di Indonesia

4. Longsor Cariu Bogor

Longsor Cariu Bogor
metro

Daerah tertentu di Kabupaten Bogor diketahui rawan bencana alam. Tak jarang bencana alam menimbulkan korban jiwa, menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Selasa (16/12), pada 2014 lalu, 18 orang tewas akibat bencana alam. Korban tewas tersebut meliputi berbagai bencana, antara lain 10 korban akibat longsor, 1 korban akibat sambaran petir, 5 korban hanyut, 1 korban akibat banjir, dan 1 korban akibat kebakaran.Bencana terparah yang menimbulkan korban terbesar adalah bencana longsor yang terjadi di Desa Mekarwangi, Kecamatan Kariu pada tanggal 17 Juni 2014 yang menewaskan 7 orang.

Sementara itu, terdapat 397 bencana di Bogor pada tahun 2014 yang mencatat 39 bencana banjir, 133 tanah longsor, 61 angin puting beliung, 159 kebakaran dan 5 bencana lainnya. Bencana menyebar ke 40 ruas jalan di Kabupaten Bogor, Budi Aksomo, bagian gawat darurat BPBD Kabupaten Bogor, menyatakan pihaknya terbagi dalam tiga wilayah rawan. “Kita terbagi menjadi tiga wilayah, yaitu wilayah timur yaitu Tanjung Sali, Khaliu, Jonggar, Babakan Madang dan Sukamacul. Wilayah barat meliputi wilayah Pamijahan dan Tenilaya Sukajaya, Sigugde dan Jasinga. Sedangkan wilayah selatan yaitu Cisarua, Megamendung, Cijeruk, Ciawi, Caringin dan Cigombong,” jelasnya

Selain itu, Budi menuturkan, karena rawan banjir dan longsor, beberapa poin penting telah dipantau, seperti rawan banjir di kawasan Gunuptri dan peringatan dini longsor di kawasan Sukamacul, pihaknya sudah meramalkan dengan kedatangan tersebut. Saat musim hujan, beberapa persiapan sudah dilakukan. , Baik dalam sumber daya manusia, peralatan, kendaraan serta logistik. Budi mengatakan: “Persiapan logistik dan semua perlengkapan kami sudah cukup. Kami sudah cek semua proyek kesiapsiagaan bencana dan semuanya sudah siap.”Jika warga ingin melaporkan bencana di wilayahnya, BPBD juga menyediakan layanan telepon atau call center terpusat. Pihaknya juga memberi tahu 80 personel terlatih dan 30 personel siaga di markas. Ia mengatakan: “Kami juga memberikan peringatan kepada kontingen dan peralatan di daerah rawan bencana.” Pihaknya mengimbau warga di daerah rawan bencana agar lebih berhati-hati dan lebih cepat tanggap terhadap tanda-tanda bencana.

5. Lava Pijar Gunung Slamet

Lava Pijar Gunung Slamet
gunung berapi

Setelah melihat api, kini Anda bisa melihat semburan lahar dari puncak Gunung Slamitte. Lava tersebut bisa dilihat dari seluruh lereng bukit di ketinggian 4.378 meter. “Jika cuaca cerah, kami bisa melihat kawah dan pijar lahar dari desa kami dengan jelas,” kata Kepala Dusun Limpakuwus, Kecamatan Sumbang. , Wasirun, Banyumas, Jumat 8 Agustus 2014. Dia berkata bahwa dia mendengar suara pemukulan minggu ini. Begitu pula dengan lava pijar yang terlihat seperti pertunjukan kembang api di malam hari.

Kepala Observatorium Bukit Slamet Gambuhan Sudrajat Pemalang mengatakan, dalam 24 jam terakhir, muncul lahar pijar di Bukit Slamet. Ia mengatakan: “Berdasarkan pengamatan kami, kami telah melihat tujuh lava pijar panas dengan ketinggian 100-500 meter. Meski beberapa hari lalu tidak ada lontar.” Kata Sudrajat, meski mengeluarkan lahar panas, Tidak perlu. Untuk meningkatkan status Gunung Slam, ia menjelaskan meski kondisinya masih sangat waspada, pendaki tidak diperkenankan mendaki puncak. Dia berkata: “Rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi tidak mengizinkan aktivitas manusia dalam jarak 2 kilometer dari puncak.”

Ia menuturkan, selain lava panas, gunung tertinggi di Jawa Tengah ini masih terlihat nyala api. Jika sebelumnya hanya tercatat empat titik api, maka telah terjadi sebelas titik api setinggi 50-500 m dalam 24 jam terakhir. Jika Anda baru mendengarnya 7 kali, akan ada 15 suara gemuruh dan dentuman dari Kamis hingga Jumat pagi. Gunung Slamet mengalami peningkatan aktivitas dan juga ditandai dengan gempa bumi, getaran harmonis, dan letusan abu vulkanik. Dia mengatakan: “Ada delapan letusan abu vulkanik, 200-800 m di atas permukaan laut ke arah barat. Pada saat yang sama, tercatat 380 hembusan gempa dan 46 letusan gempa bumi.”

6. Longsor Banjarnegara

Longsor Banjarnegara
Liputan

Pada Jumat sore (12/12), dia berdiri di atas gunung dan bisa mendengar suara gemuruh. Khatimah (25 tahun) warga Dusun Jemblung di Desa Banjarnegara Sampang Keponakannya diambil dari tali jemuran dan mendongak kaget. Kemudian mereka lari dan lari dari puncak gunung. Menurut detik.com, seorang wanita yang sedang hamil tujuh bulan mengatakan bahwa saya langsung lari ke dalam rumah, menarik keponakan saya, lalu lari keluar rumah. Ia selamat dari longsor dan mengubur 105 rumah di tiga desa di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Namun tidak berlaku bagi puluhan warga di Desa Sampang, Desa Tunggara, dan Desa Sidengok.Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Senin malam (15/12), jumlah korban tewas akibat longsor di Banjanegara sebanyak 56 orang. Dua di antaranya adalah suami Katina dan anak-anak Juan (25 tahun) dan Dafa (8 tahun), keduanya berada di rumah hukum orang tua mereka pada saat kejadian.

Hujan deras menyebabkan longsor skala kecil di beberapa tempat. Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, mengatakan akibat derasnya aliran Sungai Seraiyu, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mrica ambruk yang menjadi kendala. Daerah Banjarnegara masih diairi. Tepat pukul 17.00 WIB, sebagian Bukit Telagalle jatuh dan menimbulkan suara gemuruh.Material longsor tersebut tergelincir ke bawah, berbelok ke sisi utara akibat gaya gravitasi bumi, dan terus menurun seiring dengan kemiringannya. Sutopo mengatakan: “Material longsor menumpuk 8 rumah dan melintasi ruas tol Banjarnegara-Pekalongan hingga mengisi puluhan rumah lainnya.” Kejadian hanya berlangsung 5 menit, namun 108 orang tertimbun longsor. Kawasan Karangkobar Dusun Jemblung Banjarnegara Desa Sampang merupakan kawasan rawan longsor dengan potensi longsor menengah hingga tinggi. Di Kabupaten Banjarnegara setidaknya terdapat 20 ruas jalan yang berpotensi longsor, seperti di Sampang.

Pada awal Januari 2006, longsor juga melanda Dusun Gunungraja di Desa Sijeruk, Banjarnegara Kabupaten Banjarmangu, menewaskan 76 orang, 44 juta orang hilang, mencederai 16 orang, dan membuat 587 orang mengungsi.Sutopo menuturkan, sebagian longsor Banjarnegara disebabkan material yang terbuat dari Bukit Telagale, yaitu batuan vulkanik purba yang sudah lapuk. Hujan deras pada dua hari pertama juga menggenangi tanah dengan air.Tidak hanya itu, tanaman yang mengalami longsor di gunung merupakan tanaman semusim (palawija), sedangkan tanaman tahunan tidak rimbun. Penanaman pertanian tidak memperhatikan konservasi tanah dan air. Tidak ada sistem bertingkat di lereng ini.BNPB memperkirakan pada akhir November tahun lalu akan terjadi longsor dan banjir. Terdapat 274 daerah / kota rawan longsor di Indonesia.

Titik-titik tersebut tersebar di Jawa bagian tengah dan selatan, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung, serta Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Papua.Data BNPB menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2014, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur merupakan provinsi yang paling banyak terkena bencana. Khusus untuk bencana longsor yang paling banyak menelan korban jiwa berada di wilayah Cianjur, Ciamis dan Bogor di Jawa Barat.Sejauh ini trend longsor di Indonesia terus meningkat. Hal ini juga seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang tinggal di lereng perbukitan yang rawan longsor akibat kerusakan lingkungan.Sayangnya, seruan dan peringatan BNPB tentang daerah rawan longsor hanya menunjukkan gelembung pidato yang terabaikan. Banjarnegara pasti mengalami longsor, dan puluhan nyawa melayang dalam waktu lima menit.